Sebelum membahas cara memperbaiki grounding / pentanahan, sedikit ulasan  tentang sistem grounding / pentanahan. Grounding / pentanahan merupakan  salah satu sistem yang umum digunakan pada dunia kelistrikan. Umumnya  digunakan sebagai pengaman terhadap bahaya sengatan listrik baik  langsung maupun tidak langsung. Selain digunakan untuk pengaman  instalasi, sistem grounding / pentanahan juga banyak ditemui pada sistem  lain seperti sistem menara telekomunikasi, menara transmisi, ataupun  penangkal petir yang umum kita lihat pada bangunan rumah maupun gedung  bertingkat. Pemasangan sistem grounding / pentanahan pada sistem  tersebut diatas tentu saja lebih detail dalam perhitungan maupun aspek  lain yang mempengaruhi. Bisa dibayangkan jika sistem menara ataupun  penangkal petir tersebut mengalami kegagalan dalam sistem pengamannya  (dalam hal ini grounding / pentanahannya), tentu saja akan menimbulkan  kerusakan dan juga bahaya bagi mahluk hidup disekitarnya. Bagaimana  tidak? Terakhir penulis pernah membaca artikel yang mengatakan bahwa  muatan petir per detik bisa mencapai 100.000KV(kilo volt).  Coba bandingkan dengan tegangan yang digunakan untuk rumah kita (220  volt). Hanya 220 volt aja udah bisa bikin  orang berasap apalagi yang 100.000KV, bayangin aja deh sendiri  hasilnya... jadi arang kali yaaa... he..he...heee.....
Kita kembali pada pembahasan, berdasarkan jenis elektroda yang digunakan  pada penanaman sistem grounding terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:- Elektroda Batang. Merupakan jenis elektroda yang umum dipasang pada instalasi rumah tinggal. Elektroda ini berupa pipa besi, baja profil, atau batang logam lainnya yang dipancangkan ke tanah. Biasanya pada bahan logam tersebut dilapisi dengan lapisan tembaga.
- Elektroda Pelat. Terbuat dari logam utuh atau berlubang yang cara pemasangan pada umumnya ditanam secara dalam.
- Elektroda Pita. Terbuat dari penghantar berbentuk pita atau bulat. Pemasangannya dipasang secara horizontal pada kedalaman antara 0,5m - 1m dari permukaan tanah.
 Faktor terpenting pada sistem grounding / pentanahan adalah hambatan  dalam dari tanah tempat batang ground / arde akan dipasang. Alat yang  umum digunakan oleh instalatir listrik dalam mengukur hambatan dalam  dari tanah adalah meger dan earth tester. 
 Lalu mengapa grounding yang telah terukur dan terpasang beberapa waktu  lalu tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan? jawaban dari  pertanyaan tersebut adalah keadaan tanah yang juga dapat berubah seiring  dengan waktu yang tentu saja akan mempengaruhi hambatan dalam dari  tanah tersebut.
 Bagaimana cara memperbaiki hambatan dalam tanah dari sistem grounding  yang telah terpasang atau belum terpasang? Ada beberapa metode yang  digunakan:
 1. Metode ini telah dibahas pada posting Cara Memasang Instalasi Listrik yaitu  dengan meyiram tanah dari grounding tersebut dengan campuran air dengan  serbuk arang. Mengapa serbuk arang? Untuk  pertanyaan yang satu ini penulis gak bisa jawab, maklum..bukan orang  fisika bahan dan juga bukan orang kimia....he..he..heee...  Dari pengamataan penulis, serbuk arang lebih bagus mempertahankan air  (kandungan elektrolit) yang terserap dibandingkan tanah itu sendiri yang  cenderung mengalirkan kelapisan tanah dibawahnya, apalagi jika lapisan  atas dari tanah tempat grounding tersebut berupa lapisan tanah pasir  yang tentu saja akan lebih cepat mengalirkan air kelapisan tanah  dibawahnya. Dari pengukuran grounding beberapa waktu setelah penanaman  batang ground/arde juga dapat diketahui (dengan pengukuran alat) bahwa  penanaman  grounding yang menggunakan campuran air dengan serbuk arang  lebih bagus daripada menggunakan air saja. Pengukuran  tersebut tentu saja bukan pada kondisi hujan ataupun  banjir...he..he....heee... 
 2. Metode ini umum  dilakukan pada pembumian / grounding dari menara maupun bangunan dengan  penangkal petir yaitu dengan menanam batang grounding / arde lebih  dalam ke bumi. Penanaman dari grounding tersebut umumnya menggunakan  elektroda pelat dan bisa mencapai belasan meter dibawah permukaan tanah.  Tujuan dari penanaman lebih dalam ini adalah untuk melewati beberapa  lapisan tanah yang memungkinan untuk mendapatkan lapisan tanah dengan  hambatan dalam terkecil. Untuk instalasi rumah tidak diharuskan lhoo...  Cukup mengganti batang arde menjadi lebih panjang lagi sehingga lebih  memungkinan untuk mendapatkan lapisan tanah dengan hambatan dalam  terkecil. Hal tersebut tentu saja juga dipengaruhi kondisi tanah  disekitar grounding sehingga anda dapat juga menambahkan metoda pertama  dalam penanaman grounding ini.
 3. Sedikit berbeda  dengan dua metoda sebelumnya yang hanya menggunakan 1 batang  ground/arde, metoda ketiga ini menggunakan dua atau lebih batang  ground/arde. Metoda ini sering digunakan pada pemasangan peralatan  jaringan distribusi  TM/TR ( Gardu Distribusi, ABSW pada tiang, dsb.)  yang tujuannya tentu saja mendapatkan hambatan dalam dari tanah sekecil -  kecilnya.
 Sambil mengenang  masa SMP kelas 2/3, kita tentu sedikit mengingat pelajaran fisika  mengenai hukum Ohm. (hayoo..  ingat gak...) Pada  pembahasan mengenai hambatan (resistansi) yang disimbolkan dengan huruf  R, dikatakan bahwa pada rangkaian paralel:
  1/R total = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 +...+ 1/Rn
 dengan menggunakan perhitungan diatas kita akan memperoleh R total  menjadi lebih kecil. Dari prinsip inilah kita gunakan dalam memperbaiki  hambatan dalam pada sistim grounding. Pemasangan batang ground/arde  terlihat seperti gambar dibawah ini.
 Gambar Pemasangan 3 Batang Ground/Arde
biasanya jarak pemasangan peralel dari batang ground antara satu dan  lainnya lumayan berjauhan. Mengenai jarak tanam antar batang ground/arde  paling efektif, terus terang penulis kurang begitu memahaminya. (belum pernah ketemu bukunya broo.. susah  banget..mungkin IQ-ku yang begitu rendah kali yaa....) Aturan mengatakan bahwa jarak antar batang  ground/arde minimal adalah 2 x panjang batang ground/arde  tersebut. Jika pada pengukurannya masih kurang bagus kita bisa tambahkan  penanaman batang arde lagi. Disamping itu kita dapat menambahkan metode  pertama pada tiap batang ground/arde yang ditanam.
 
 



0 komentar:
Posting Komentar